Sabtu, 28 Maret 2009

Situasi Per'hacking'an Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara dimana banyak bibit bibit unggul dalam bidang perkomputeran. Hal ini tentu saja wajar, sebab seperti India (yang juga menghasilkan banyak tenaga kerja bidang penulisan software), Indonesia adalah negara berkembang yang mempunyai potensi sumber daya manusia yang jempolan. Hal ini ditambah lagi dengan lokasi Indonesia di tempat strategis, dimana kemajuan bidang hardware dari asia timur bertemu dengan kemajuan bidang software dari amerika serikat.

Indonesia juga melahirkan penulis-penulis virus berbakat (DenZuko yang tersohor itu
adalah asli buatan Bandung, SuperNova yang mematikan adalah karya putra Indonesia
juga), umumnya siswa SMA dan mahasiswa institut teknologi.

Namun dalam bidang 'hacking' jaringan komputer, tidak terdengar adanya individu maupun kelompok dari Indonesia. Tentu saja ada pengecualian, seperti pembobolan BCA (atau bank lain?) cabang New York oleh dua orang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta beberapa tahun lampau. Tetapi selain itu, tidak terdengar adanya aktifitas 'hacking' di Indonesia dalam kurun waktu yang mana di negara-negara lain mulai terbentuk apa yang disebut dengan 'hacking scene' (panggung per-hackingan)


Selaras dengan mulai merebaknya internet di indonesia, angkatan baru peminat antusias
komputerpun muncul. Walaupun sebagian besar 'hacker' masihlah mereka-mereka yang entah bekerja untuk instansi pemerintah/perusahaan besar, maupun mahasiswa tingkat atas, muncul kalangan baru yang lebih muda. Terpana setelah menonton film 'Hackers', banyak anak-anak usia SMA bahkan SMP yang seperti kehausan menimba ilmu-ilmu komputer yang tidak diajarkan di sekolah manapun juga. Seperti lumrahnya remaja, mereka pun mulai adu sombong dan adu bual, dan mulai condong ke arah aktifitas komputer yang bersifat destruktif.

Ada yang mengklaim sebagai hacker setelah dengan suksesnya meng-email-bomb beberapa orang,ada pula yang mengklaim sebagai 'true hacker' setelah sukses mengkoleksi sekumpulan login dan password untuk ISP-ISP.

Lebih sering lagi, mengaku-ngaku sebagai 'master hacker' tanpa dasar sama sekali.
Tentu saja, seperti 'hacker scene' di negara manapun juga, hal ini adalah bagian dari
evolusi dunia perhackingan. Diantara yang banyak pasti ada juga beberapa yang memang
kompeten. Mengetahui lebih banyak namun memilih diam dan tidak bermulut besar mengenai kemampuan mereka. Dan diantara yang sedikit ini mulailah bertemu (umumnya secara kebetulan)di IRC ataupun webchat. Ada juga yang merupakan teman satu klub kegiatan komputer ekstrakurikuler.

Perkembangan internet juga memicu para penulis virus indonesia, antara lain dengan
merambahnya virus 'Macro Bandung Concept' ke pelosok dunia. Setelah insiden 'TOXYN' tahun 1996, mulailah kelihatan bermunculannya grup grup hacker indonesia ini. 'Indonesian Street Fighters' mengklaim bahwa mereka berhasil meng-crash-kan server toxyn (ketika toxyn dihubungi untuk konfirmasi, mereka mengatakan bahwa server mereka tidak berfungsi karena mereka meng-upgrade ke koneksi T1). 'IndoHack' menyatakan perang antara hacker indonesia vs. portugis. Cukup menyedihkan bahwa pada kenyataannya IndoHack pada saat itu sangat minim pengetahuan mengenai sistem sekuriti komputernya, sedangkan lawan mereka dari Portugis jauh beberapa puluh langkah di depan.

Saya sendiri optimis, bahwa kultur hacker di Indonesia makin berkembang....
Bagaimana dengan pihak yang berwenang?

Hacker-hacker pada dasarnya hanyalah orang-orang antusiastik terhadap komputer dan berminat melakukan hal-hal yang 'unik' (tidak bersinonim dengan 'destruktif') kepada jaringan komputer. Sebagian besar dari mereka tidaklah mempunyai dana yang cukup untuk membeli server dan sistem operasi sendiri. Sebagian lagi melakukannya karena keingintahuan atau kepenasaranan. Sebagian besar hacker generasi baru adalah mereka yang anti-kemapanan, anti-opresi. Dan pemerintahan tiran seperti indonesia memang selayaknya dipandang sebagai musuh oleh mereka ini.

Pada akhirnya, biar bagaimana kerasnya pihak 'berwenang' berusaha menindak para cerdik ini, akan mustahil bagi mereka untuk menghentikan 'hacker'. Sebab, seperti apa yang dimuat dalam 'Manifesto Hacker', "kalian mungkin saja menghentikan diriku, namun kalian tidak akan menghentikan kami semua.... "

0 komentar:

Posting Komentar

 
© by anak taratak putra chaniago